Di masa Aceh dilanda konflik,
desa ini termasuk sebagai salah satu daerah rawan. Maka pemerintah Indonesia
mengirimkan tentara untuk ditempatkan di desa Pa`ak tersebut. Para tentara ini
kebetulan pandai bergaul dengan masyarakat, mereka sangat dekat dengan
orang-orang desa Pa`ak, hingga para tentara ini sering duduk bersama di warung
kopi bersama masyarakat kampung tersebut.
Dalam setiap pembicaraan, orang-orang
kampung Pa`ak selalu membahas tentang hal-hal mistis. Hampri tak ada pembahasan
lain yang dibahas. Akibatnya banyak juga para tentara tersebut yang percaya,
namun ada juga yang tidak.
Suatu hari salah seorang dari
perwira tentara yang bernama Yong Bakong mengalami sakit kepala. Kemudian Yong
Bakong menanyakan kepada salah seorang penduduk kampung Pa`ak, Pak Sya`e, apa
gerangan sakit yang dialaminya. Sontak saja dengan mata terbelalak seolah
sangat kaget Pak Sya`e menjawab, ”Pasti kamu telah kena santet, saya sarankan
supaya kamu berobat ke Nek Sulet, dia seorang dukun profesional.”
Yong Bakong mendengar saran dari Pak Sya`e. Ia mengajak
Jodi, kawannya sesama tentara untuk menemaninya pergi ke dukun Nek Sulet.
Yong Bakong dan Jodi pergi ke rumah Nek Sulet yang terletak
jauh di ujung desa.
Setiba di rumah Nek Sulet, Yong
Bakong mengutarakan sakit yang dialaminya. Nek Sulet tidak menjawab sepatah
kata pun. Ia memandang ke tubuh Yong Bakong dengan tajam, kemudian bangkit menuju
kamar dan keluar dengan membawa ember yang berisi air dan sebuah kantong
plastik yang berisi kareng (ikan teri).
“Tenang saja wahai anak muda, aku
akan mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuhmu!” ujar Nek Sulet. Kemudian ia
memasukkan segenggam kareng ke dalam ember. Lalu dikeluarkan rencong dari pinggangnya,
digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, dan terlihat dalam ember tersebut
beberapa kareng bergerak mengikuti arah rencong yang digerakkan.
“Kareng yang bergerak berjumlah
tujuh, berarti ada tujuh jenis penyakit yang dikirimkan oleh orang jahat ke
dalam tubuhmu,” kata Nek Sulet. Yong bakong tercengang, ia bahkan sangat
mempercayai Nek Sulet tersebut.
Kemudian Jodi berbisik pada Yong
Bakong.
“Pak dukun ini bohong, penyakit
yang ada dalam tubuhmu sebenarnya bukan
tujuh, tapi empat belas!”
“Hah, bagaimana kamu bisa
tau??”sahut Yong Bakong terkejut.
“Ayo kita pulang dulu, nanti
kujelaskan padamu di markas,” ajak Jodi.
Kemudian mereka meminta izin pada
dukun tersebut untuk pulang ke markas. Dalam perjalanan pulang mereka singgah
di pasar, kemudian Jodi membeli kareng dan jarum. Sesampai di markas Jodi
menunjukkan sesuatu pada Yong Bakong.
Jodi melakukan hal yang persis
seperti dilakukan oleh dukun Pak Sulet tadi untuk diperlihatkan pada Yong
Bakong. Ia mengambil ember yang berisi air. Kemudian ia mengambil segenggam
kareng, sebagian dari kareng tesebut dimasukkan jarum, kemudian dilempar ke
dalam air.
Lalu Jodi mengeluarkan pisau lalu
digerak-gerakkan seperti yang dilakukan Pak Sulet tadi. Alhasil beberapa kareng
dalam ember tersebut bergerak-gerak. Dan jumlah kareng yang bergerak berjumlah
empat belas.
“Nah, Yong, kau liat gak, ada
empat belas kareng yang bergerak, berarti penyakitmu ada empat belas, bukan
tujuhmu,” kata Jodi sambil tersenyum sinis.
“Iya, Iya. Kamu Jod, dukun juga
ya?” tanya Yong Bakong.
“hahaha..iya tapi dukun palsu, sama
seperti Pak Sulet tadi,” jawab Jodi. Dan Yong Bakong terheran-heran. Tanpa
menunggu tanggapan dari Yong Jodi menjelaskan. “Pisau yang kugerakkan tadi ada
magnetnya, ya otomatis kareng itu bergerak-gerak Karna ada jarum. Gegitu juga
yang dilakukan dukun tadi!”
Yong Bakong pun kini sudah tahu,
bahwa dukun tersebut adalah palsu, ia hanya menipu pasien dengan trik yang
dimilikinya. Mungkin semua dukun begitu
ya??
No comments:
Post a Comment