Tuesday, July 31, 2012

Santet Kareng


Tersebutlah sebuah desa bernama  Pa`ak. Masyarakat di desa Pa`ak ini sangat percaya dengan tahayul, segala kejadian dikaitkan dengan hal-hal mistis. Tidak mengherankan bila di daerah tersebut  dukun-dukun tersebar di setiap pelosok desa, menjadi dukun merupakan profesi yang sangat menjanjikan.

Di masa Aceh dilanda konflik, desa ini termasuk sebagai salah satu daerah rawan. Maka pemerintah Indonesia mengirimkan tentara untuk ditempatkan di desa Pa`ak tersebut. Para tentara ini kebetulan pandai bergaul dengan masyarakat, mereka sangat dekat dengan orang-orang desa Pa`ak, hingga para tentara ini sering duduk bersama di warung kopi bersama masyarakat kampung tersebut.

Dalam setiap pembicaraan, orang-orang kampung Pa`ak selalu membahas tentang hal-hal mistis. Hampri tak ada pembahasan lain yang dibahas. Akibatnya banyak juga para tentara tersebut yang percaya, namun ada juga yang tidak.

Suatu hari salah seorang dari perwira tentara yang bernama Yong Bakong mengalami sakit kepala. Kemudian Yong Bakong menanyakan kepada salah seorang penduduk kampung Pa`ak, Pak Sya`e, apa gerangan sakit yang dialaminya. Sontak saja dengan mata terbelalak seolah sangat kaget Pak Sya`e menjawab, ”Pasti kamu telah kena santet, saya sarankan supaya kamu berobat ke Nek Sulet, dia seorang dukun profesional.”


Yong Bakong mendengar saran dari Pak Sya`e. Ia mengajak Jodi, kawannya sesama tentara untuk menemaninya pergi ke dukun Nek Sulet.
Yong Bakong dan Jodi pergi ke rumah Nek Sulet yang terletak jauh di ujung desa.

Setiba di rumah Nek Sulet, Yong Bakong mengutarakan sakit yang dialaminya. Nek Sulet tidak menjawab sepatah kata pun. Ia memandang ke tubuh Yong  Bakong dengan tajam, kemudian bangkit menuju kamar dan keluar dengan membawa ember yang berisi air dan sebuah kantong plastik yang berisi kareng (ikan teri).

“Tenang saja wahai anak muda, aku akan mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuhmu!” ujar Nek Sulet. Kemudian ia memasukkan segenggam kareng ke dalam ember. Lalu  dikeluarkan rencong dari pinggangnya, digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, dan terlihat dalam ember tersebut beberapa kareng bergerak mengikuti arah rencong yang digerakkan.

“Kareng yang bergerak berjumlah tujuh, berarti ada tujuh jenis penyakit yang dikirimkan oleh orang jahat ke dalam tubuhmu,” kata Nek Sulet.  Yong bakong tercengang, ia bahkan sangat mempercayai Nek Sulet tersebut.

Kemudian Jodi berbisik pada Yong Bakong.

“Pak dukun ini bohong, penyakit yang ada dalam tubuhmu sebenarnya bukan  tujuh, tapi empat belas!”
“Hah, bagaimana kamu bisa tau??”sahut Yong Bakong terkejut.
“Ayo kita pulang dulu, nanti kujelaskan padamu di markas,” ajak Jodi.

Kemudian mereka meminta izin pada dukun tersebut untuk pulang ke markas. Dalam perjalanan pulang mereka singgah di pasar, kemudian Jodi membeli kareng dan jarum. Sesampai di markas Jodi menunjukkan sesuatu pada Yong Bakong.

Jodi melakukan hal yang persis seperti dilakukan oleh dukun Pak Sulet tadi untuk diperlihatkan pada Yong Bakong. Ia mengambil ember yang berisi air. Kemudian ia mengambil segenggam kareng, sebagian dari kareng tesebut dimasukkan jarum, kemudian dilempar ke dalam air.

Lalu Jodi mengeluarkan pisau lalu digerak-gerakkan seperti yang dilakukan Pak Sulet tadi. Alhasil beberapa kareng dalam ember tersebut bergerak-gerak. Dan jumlah kareng yang bergerak berjumlah empat belas.
“Nah, Yong, kau liat gak, ada empat belas kareng yang bergerak, berarti penyakitmu ada empat belas, bukan tujuhmu,” kata Jodi sambil tersenyum sinis.

“Iya, Iya. Kamu Jod, dukun juga ya?” tanya Yong Bakong.

“hahaha..iya tapi dukun palsu, sama seperti Pak Sulet tadi,” jawab Jodi. Dan Yong Bakong terheran-heran. Tanpa menunggu tanggapan dari Yong Jodi menjelaskan. “Pisau yang kugerakkan tadi ada magnetnya, ya otomatis kareng itu bergerak-gerak Karna ada jarum. Gegitu juga yang dilakukan dukun tadi!”

Yong Bakong pun kini sudah tahu, bahwa dukun tersebut adalah palsu, ia hanya menipu pasien dengan trik yang dimilikinya. Mungkin  semua dukun begitu ya??

No comments:

Post a Comment