Si murid selalu mengingat pesan seorang gurunya, salah satu guru favorit di sekolahnya, bahwa minum sambil berdiri itu adalah hal yang tidak baik dan dicela dalam agama. Bukan hanya ia mengingat tetapi juga selalu diterapkan dalam perbuatannya sehari-hari. Dia juga menegur bila ada sanak-saudaranya atau teman-temannya ketika ia melihat mereka sedang minum berdiri. Jika ia ditanyai orang mengapa minum berdiri tidak boleh, maka ia akan menjawab “kata guruku, minum berdiri itu tidak boleh”.
Begitulah kehidupan si murid sehari-hari, ia selalu mempraktekkan pesan-pesan dari gurunya di sekolah. Lagipun gurunya selalu meninggalkan nasehat-nasehat kepada murid-muridnya sewaktu memberikan pelajaran sekolah.
Pada suatu hari, seperti biasanya si murid pergi kesekolah dengan semangat dan dengan harapan sang guru memberikan nasehat-nasehat yang baru agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Si murid masuk ke kelas bersama murid-murid yang lain.
Mereka para murid duduk rapi sambil menunggu guru favorit mereka datang. Sang guru yang berbeda dengan guru-guru yang lain. Yang selalu baik dengan muridnya, yang selalu memberikan nasehat-nasehat dan pesan-pesan berguna.
Akhirnya sang guru yang ditunggu-tunggu datang juga. Murid-murid sangat antusias untuk mendengar pelajaran dari sang guru sang guru satu ini. Karena mereka tahu setelah menjelaskan pelajarannya pasti sang guru memberikan nasehat-nasehat baik kepada mereka.
Lalu sang guru yang bijaksana dengan pakaian yang sopan dan rapi yang menambah kekaguman para murid padanya memulai menyampaikan pelajaran. Ia mengeluarkan suara yang menggema tapi tidak menghentak, sehingga para murid kusyu` mendengarkannya.
Setelah panjang lebar menjelaskan pelajaran, sang guru beristirahat sejenak. Walaupun beristirahat sang guru tidak membiarkan anak-anak ajarnya menunggu dalam keadaan kosong tanpa pelajaran yang diberikan. Ia menyuruh salah seorang murid untuk menuliskan poin-poin penting dari bahan ajarnya di papan tulis, sedangkan murid-murid lain mencatatnya di buku tulis.
Di tengah keadaan kelas sepi karena para murid sedang menulis, sang guru memanfaatkan untuk melepas kelelahannya. Ia mengeluarkan sebotol minuman mineral yang selalu dibawanya. Lalu ia bangun berjalan-jalan mengelilingi kelas sambil melihat murid-muridnya yang sedang menulis dan sambil membawa botol air mineral tersebut.
Ketika berjalan-jalan mengelilingi kelas, sang guru berhenti, lalu ia membuka tutup botol air mineral dan meneguk airnya. Namun, tanpa ia sadari para murid melihat ia minum sambil berdiri. Lalu seorang murid memprotes sang guru, “guru, kenapa engkau minum berdiri, sedangkan engkau melarang kami kami minum berdiri.”
Sang guru jadi salah tingkah, namun ia berusaha juga membela dirinya. Ia mencari cara agar ia tidak terjatuh wibawanya oleh murid-muridnya. “wahai muridku, memang minum berdiri itu tidak boleh, tapi seperti guru minum tadi boleh, karena guru kan sudah capek mengajar, itu bisa dimaafkan” ujar sang guru yang berusaha membela dirinya walaupun yang diakatakannya tidak benar.
“tapi kan guru katakan pada kami minum berdiri itu tidak boleh dalam keadaan bagaimanapun, walaupun dalam keadaan capek,” bantah si murid lagi.
Sang guru berusaha membela dirinya lagi. “hai muridku, kalian jangan mencoba melawanku, jangan sampai kata-kata kalian menjadikan kalian durhaka kepadaku. Aku ini adalah guru kalian. Jikapun kalian tidak percaya dengan perkataanku, akan kubawa semua kitab-kitab yang tebal untuk membantah ketidakpercayaan kalian,” ujar sang guru yang sudah sedikit marah.
Para murid semua terdiam, mereka tidak memprotes lagi sang guru, karena takut dibilang durhaka kepada guru dan memang kalaupun kitab-kitab itu dibawa mereka belum mampu membacanya apalagi mengartikannya. Lalu sang guru puas dan tidak kawatir lagi karena murid-muridnya tidak memprotesnya lagi.
Namun, kekaguman mereka kepada sang guru juga sang penasehat hari demi hari mulai terkikis, kekaguman mereka mulai hilang, dan setiap nasehat yang disampaikan sang guru mereka tidak mengaplikasikan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Karena mereka tahu, sang guru melarang, namun ia sendiri melakukan.[]
Telah dimuat Harian Aceh Edisi 19 Februari 2011 di rubrik Cang Panah, dapat juga di baca di blog Hafeez Jiddan
No comments:
Post a Comment