Monday, August 15, 2011

Muqaddimah


Muqaddimah


1 Vote
Berbicara masalah Muqaddimah, Dek Yong teringat kata-kata Pak Tami kemarin di ruang kuliah, dosen Sosiologi itu yang mengatakan “Banyak orang berpidato berkata muqaddimah tidak saya perpanjang lagi, padahal mukaddimahnya hampir sejam.”

By Khaled Yusrizal
Teringat perkataan Pak Tami itu, Dek Yong juga teringat masa-masa ia belajar pidato di pesantren dulu. Di pesantren tempat Dek Yong belajar setiap malam Jum`at diadakan Muhadharah, yaitu acara latihan berpidato yang wajib diikuti oleh seluruh santri.Muhadharah diadakan di mushalla pesantren.
Bagi santri yang kena giliran berpidato, ia telah diberitahukan oleh ustadz seminggu sebelum ia tampil agar dapat mempersiapkan diri sebelum naik podium. Bagi yang tidak bisa berpidato atau pidatonya kurang dari sepuluh menit akan disuruh berendam di kolam samping mushalla lalu dipertontonkan kepada ratusan santri. Duh malunya. Karena hukuman tersebut para santri yang giliran pidato mereka akan bersunggguh-sungguh melakukan persiapan sebelum naik podium daripada dipermalukan. Berbagai macam cara dilakukan santri untuk memaksimalkan penampilannya di malam Jum`at. Ada yang latihan pidato di dalam kamar dengan disaksikan oleh beberapa kawan sekamar agar tidak grogi saat tampil di depan ratusan santri, apalagi ada santri ceweknya. Malah ada yang bangun jam 2 malam lalu naik ke lantai 3 pesantren dan ia berpidato sendirian disana.

Di suatu malam Jum`at, Dek Yong kena giliran untuk berpidato. Namun celakanya ia belum melakukan persiapan apapun, judulpun belum ada. “wah celaka ni” ujar Dek Yong waktu itu. Padahal waktu yang diberikan cukup lama untuk persiapan, satu minggu. Namun Dek Yong orangnya suka menunda-nunda hingga jadwal ia pidato telah dilupakan. Dek Yong memutar otak bagaimana caranya jangan sampai ia dipermalukan malam ini.
Tiba-tiba nama Dek Yong dipanggil di mikrofon oleh Susi, pembawa acara pada malam itu, Dek Yong jadi penceramah pertama. Semua santri bersorak semangat ketika mendengar nama Dek Yong, terutama santri cewek, maklum Dek Yong ini berwajah ganteng, banyak santriwati terpesona padanya. Dek Yong dengan berat hati tampil ke podium. Dadanya deg-degan seakan jantung hendak meloncat keluar. Para santriwati melemparkan senyum padanya hingga menambah ke-GR-an Dek Yong. Apalagi dibarisan depan santriwati duduk Yaya, Santi, dan Adel, tiga santriwati yang pernah mengungkapkan cinta padanya namun Dek Yong menolak karena takut dihukum oleh ustadz.  “Duuuuh, bagaimana ni, bisa celaka aku. Ya Allah, tolong aku, jangan sampai malu, berikan petunjukmu” ujar Dek dalam hati.
Akhirnya Dek Yong mendapatkan ide. Dengan penuh semangat Dek Yong memulai berpidato. “Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh” ucap Dek Yong di mikrofon dengan suara lantang. “Wa`alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab ratusan santri dengan penuh semangat terutama santriwati. Rasa grogi dibuang Dek Yong, kini penuh percaya diri yang tampak padanya, hingga menambah pesona wajah tampannya di mata santriwati. Ia memulai dengan muqaddimah bahasa Arab yang diucapkan panjang lebar hingga menghabiskan waktu 3 menit. Dek Yong memaksimalkan pidatonya agar tidak kurang dari 10 menit sebagaimana aturan yang ditetapkan. Jika kurang, maka kolam sudah menunggu.
Lalu Dek Yong menerjemahkan Muqaddimah dengan bahasa Indonesia. “Puji Syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada kita, apa itu Rahmat dan apa itu Nikmat??” ucap Dek Yong, lalu ia menjelaskan panjang lebar hingga menghabiskan waktu 4 menit. “hah, 3 tambah 4 sama dengan 7, berarti tiga menit lagi akan bebas hukuman, hahaha” ucap Dek Yong dalam hati sambil melirik jam tangannya dan mengakali agar tidak mendapatkan hukuman.
“Shalawat dan  salam kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memperjuangkan umat Islam dari alam kegelapan……Dst “ dijelaskan Dek Yong panjang lebar lagi hingga menghabiskan waktu 3 menit. Muqaddimah bahasa Arab 3 menit, syukur kepada Allah 4 menit, shalawat kepada nabi 3 menit. 3+4+3, genaplah 10 menit Dek Yong di podium, berarti telah memenuhi kriteria berpidato yang telah ditetapkan ustad.
“Muqaddimah tidak saya perpanjang lagi” ujar Dek Yong setelah menjelaskan shalawat nabi. “huuuuu” sorak para santri yang kesel pada Dek Yong dengan Muqaddimah panjangnya. “langsung saja ke pembahasan, pada malam ini saya akan berpidato tentang Kewajiban berpuasa” lanjut Dek Yong tanpa menghiraukan sorakan para santri. “Allah berfirman dalam al-Qur`an, ya ayyuhalladzina Amanu Kutiba `Alaikumus Shiyam……Dst” Dek Yong membacakan ayat yang menjelaskan tentang puasa, lalu ia menjelaskan artinya yang menghabiskan waktu Cuma 2 menit.
Sudah 12 menit Dek Yong berada di podium, lalu ia menyudahi pidatonya, “Mungkin cukup sampai disini pidato saya, karena waktu yang tidak mengizinkan.” Ustadz pembina Muhadharah merasa kesal dengan Dek Yong, masak isi pidato Cuma 2 menit. Namun ustadz tersebut tidak berniat menghukum Dek Yong, karena memang Dek yong berada di podium tidak kurang dari 10 menit, seperti pada peraturan yang telah ia umumkan dulu “yang berpidato harus berada dipodium tidak boleh kurang dari 10 menit” tidak dikatakan isi pidato tidak boleh 2 menit.
Lalu Dek Yong turun dari podium dengan perasaan lega. Ternyata strategi Muqaddimahnya berhasil. Odi seorang kawannya berkata “apa-apaan kau tadi Yong, masak Muqaddimah sejam sedangkan isi Cuma semenit”. “Ahh, biarin aja, yang penting aku tidak kena hukuman…hahahaha” balas Dek Yong diiringi dengan ledakan tawa.[]
Telah dimuat di Harian Aceh, Rubrik Cang Panah (25/4

No comments:

Post a Comment